Paragliding di timbis Kutuh, Bali |
Timbis Beach Pandwa, tersembunyi di antara gunungan kapur di sebelah Selatan Bali,
terletak di Desa Kutuh, Kuta Selatan. Jarak tempuhnya memakan waktu
sekitar 1 jam dari Denpasar atau 30 menit dari Kuta. Tidak ada papan
petunjuk memasuki kawasan Timbis, satu-satunya patokan adalah Pura
Gunung Payung yang terletak tidak jauh dari situ.
Meski
tak banyak orang mengetahui keberadaan pantai ini, tapi pantai Timbis
sudah cukup terkenal dikalangan para penikmat paralayang dan surfer.
Tempat ini dinilai memiliki kriteria yang sempurna untuk melakukan
Paralayang. Tebing dengan kontur kemiringan tanah yang pas untuk start
awal mengembangkan payung sebelum terbang, maupun pantai dengan pasir
yang luas untuk melakukan pendaratan. Pemandangan pantai ini pun sangat
spektakuler! Tidak heran, tempat ini menjadi favorit para pecinta
paralayang.
Hari itu,11 Oktober 2010, puluhan pilot Paralayang berkumpul untuk melakukan tradisi mereka setiap tahun yang sudah empat kali dilakukan, yaitu memecahkan rekor terbanyak terbang bersama 110 Paralayang. Sangat disayangkan, faktor cuaca dan angin yang berubah-ubah menyebabkan ritual itu gagal dilakukan. Olahraga ini memang sangat bergantung pada konsistensi hembusan angin. Meski demikian, mereka tetap menikmati suasana keakraban di atas tebing Pantai Timbis ini.
Dengan ketinggian 110 meter dari permukaan laut, para pelayang itu terbang damai memecah angin di atas pantai dengan ombak yang berderu kencang. Dalam dudukan harnest atau tali pelindung, mereka terlihat gemulai mengikuti arah angin berhembus. Dari atas, pemandangan yang dapat terlihat oleh para pilot paralayang adalah berpetak-petak lahan budidaya rumput laut di tengah birunya laut, para peselancar yang meliuk-liuk dalam gulungan ombak, dan vila-vila cantik yang bertengger di tebing.
Hari itu,11 Oktober 2010, puluhan pilot Paralayang berkumpul untuk melakukan tradisi mereka setiap tahun yang sudah empat kali dilakukan, yaitu memecahkan rekor terbanyak terbang bersama 110 Paralayang. Sangat disayangkan, faktor cuaca dan angin yang berubah-ubah menyebabkan ritual itu gagal dilakukan. Olahraga ini memang sangat bergantung pada konsistensi hembusan angin. Meski demikian, mereka tetap menikmati suasana keakraban di atas tebing Pantai Timbis ini.
Dengan ketinggian 110 meter dari permukaan laut, para pelayang itu terbang damai memecah angin di atas pantai dengan ombak yang berderu kencang. Dalam dudukan harnest atau tali pelindung, mereka terlihat gemulai mengikuti arah angin berhembus. Dari atas, pemandangan yang dapat terlihat oleh para pilot paralayang adalah berpetak-petak lahan budidaya rumput laut di tengah birunya laut, para peselancar yang meliuk-liuk dalam gulungan ombak, dan vila-vila cantik yang bertengger di tebing.
Di
Bali sendiri sebenarnya ada beberapa spot Paralayang, tapi Timbis lah
yang terbaik dari sisi karakter tebing, hembusan angin, dan pemandangan
sekeliling. Untuk dapat melakukan olahraga ini diperlukan sertifikasi
sama halnya seperti diving. Untuk proses awal sertifikasinya diperlukan
biaya sekitar lima juta rupiah sampai ia lulus. Semua alat akan
dipinjamkan.
Bali
memang menyimpan sejuta pesona. Pulau ini tidak hanya menjadi surga
bagi para surfer dan diver, tapi juga para penerbang paralayang. Sungguh
sebuah tujuan wisata yang sempurna.
Sumber: http://www.ranselkosong.com