Petani Rumput Laut Bali |
Pandawa Beach, Asosiasi Rumput laut Indonesia (ARLI)
bersama Kelompok Tani Rumput Laut Bali mengembangkan pemasaran rumput
laut yang lebih luas dalam jumlah yang lebih besar dengan kualitas
standard dan memanfaatkan kemampuan serta networking ARLI. Diharapkan hal ini dapat meningkatkan kualitas dan potensi pada masa-masa mendatang.
Ketua
Umum ARLI Safari Azis, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Rabu, 2
Januari 2013, mengungkapkan, kerja sama pemasaran termasuk pengembangan
dan pembinaan ini sebagai bagian dan upaya untuk menjadikan rumput laut
sebagai salah satu sumber mata pencaharian utama penduduk Desa Kutuh,
Kabupaten Badung.
“Diharapkan rumput laut Kutuh yang memiliki
potensi dan kualitas sangat baik bisa terus ditingkatkan di masa yang
akan datang”, ujar Safari.
Pengembangan dan pemanfaatan rumput
laut yang memberikan banyak manfaat, mulai dari penciptaan lapangan
kerja untuk masyarakat yang tinggal di daerah pantai, merupakan bahan
baku dari berbagai indutri pangan, farmasi, kesehatan, kosmetik, pupuk
cair dan berbagai prospek lainnya menjadikan rumput laut sebagai salah
satu komoditi ”Blue Ekonomi” di Indonesia.
“Terlebih lagi bahwa
Indonesia dipercaya sebagai penyelenggara ISS (International Seaweed
Symposium) ke 21, seharusnya semakin menambah semangat kita (Indonesia)
sebagai salah satu produsen rumput laut Euchemacottonii terbesar dunia
untuk tetap mengembangkan dan melestarikan apa yang ada di Desa KUTUH,
Kuta Selatan ini”, tambah Safari.
Sebagai salah satu komoditi
dalam mendukung visi ”Blue Economy” maka walaupun komoditi ini berada
ditengah gencarnya aktivitas pariwisata di pulau Dewata ini, akan tetapi
komoditi rumput laut yang mulai dikembangkan sekitar 30 tahun lalu
menjadi salah satu penopang hidup masyarakat yang tinggal di daerah
pesisir dan pulau pulau tidak mesti kalah atau tergusur karena
sesungguhnya dapat dilakukan sebuah sinergi antara komoditi rumput laut
untuk mendukung sektor pariwisata.
Tentunya sinergi ini dapat
dilakukan dan bisa dibangun dengan dimulainya sebuah gagasan Minawisata
atau Fishery Ecotourism yang menjadikan aktivitas budidaya rumput laut
sebagai kegiatan wisata. Proses kehidupan masyarakat pembudidaya rumput
laut dalam kesehariannya menjadi kekayaan wisata yang unik dan ditata
sedemikian rupa sehingga tidak dianggap sebagai bidang yang bertentangan
atau saling mengeliminasi tetapi menjadi sebuah kesatuan utuh yang
saling menguntungkan.
“Disinilah kita mengharapkan peran besar
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk menggandeng bidang
usaha ini sebagai salah satu kekhasan lokal Desa Kutuh yang harus
dipertahankan dan dilestarikan untuk diolah sedemikian rupa menjadi
bagian terintegrasi dari kegiatan pariwisata