Trending Topik

Index
Label 5

Petani Rumput Laut Kutuh Genjot Kualitas
Petani Rumput Laut Di Pantai Pandawa Pantai Pandawa, (Bisnis Bali) – Untuk ...

Petani Rumput Laut Di Pantai Pandawa Kutuh
Petani Rumput Laut Pantai Pandawa Sejara Desa Kutuh Diceritrakan pada ta...

Rumput Laut Desa Kutuh
Petani rumput laut di desa kutuh Rumput Laut, Merupakan salah satu komodit...

Desa Kutuh Raih Juara II di Tingkat Nasional
Desa Kutuh Raih Juara II di Tingkat Nasional Kerja keras masyarakat Desa Ku...
Video Category 1
Pantai Pandawa, Terkenal Gara-gara FTV
Pandawa Beach memang terdengar asing bagi Anda yang jarang bepergian. Apalagi jika belum pernah ke Bali sama sekali, mungkin yang Anda kenal adalah Kuta, Sanur, dan danau Batur. Tahukah Anda b...
Read More �
Pandawa Beach Kutuh
Pandawa Beach, salah satu tempat wisata yang alamnya ma...
Paragliding di timbis Kutuh, Bali
Timbis Beach Pandwa, tersembunyi di antar...
Timbis Beach, Kutuh
Timbis beach is located south of the Bali island.
The ...
Latest Post
07.53
Pandawa Beach memang terdengar asing bagi Anda yang jarang bepergian. Apalagi jika belum pernah ke Bali sama sekali, mungkin yang Anda kenal adalah Kuta, Sanur, dan danau Batur. Tahukah Anda bahwa Pantai Pandawa adalah salah satu tujuan wisata
di Bali yang sedang naik daun? Dulu memang pantai ini sepi pengunjung
dan berkesan angker. Namun konon kabarnya, gara-gara sebuah sinetron
sering rekaman di Pantai Pandawa, pantai tersebut mendadak ramai
dikunjungi. Penasaran kan?
Pantai Pandawa, Terkenal Gara-gara FTV
Baru-baru ini, Bali membuka destinasi
wisata baru yaitu Pantai Pandawa. Letaknya di desa Kutuh, Kecamatan Kuta
Selatan , Kabupaten Badung. Jaraknya sekitar 3 km dari Nusa Dua dan dan
Pura Uluwatu. Dulunya Pantai Pandawa dikenal sebagai Secret Beach, hal
ini dikarenakan lokasi pantai tersembunyi dibalik deretan bukit batu
yang hanya ditumbuhi semak-belukar. Secret Beach, menurut beberapa
warga Desa Kutuh sudah lama dikenal. Namun sayang akses menuju lokasi
tergolong sulit alias masih terisolasi. Hal itu membuat Pantai Pandawa
sepi pengunjung. Kalaupun ada, kebanyakan mereka adalah para peselancar
asing dan domestik yang yang sudah bosan dengan pantai lain. Melihat
potensi yang ada, Pemkab Badung menyadari potensi wisata Pantai Pandawa.
Dan, saat ini akses menuju kesana semakin mudah untuk dilalui
kendaraan.
Nama Pantai Pandawa tidak lepas
kaitannya dengan lima patung Pandawa di sisi bukit. Ya, pandawa adalah
nama tokoh dalam cerita wayang mahabarata. Selain patung-patung yang
unik untuk wisata pantai,Pantai Pandawa menyajikan pemandangan yang tak
membosankan. Di kawasan menuju pantai, anda disuguhi indahnya
pemandangan tebing dipapas tegak, sebagian berundak, di kanan-kiri
jalan. Sekitar 1,5 km jalan menuju pantai ini dipagari tebing-tebing
kapur yang menjulang tinggi.
Jalan dengan pemandangan tebing kapur
tersebut memang sengaja dibuat dengan membelah bukit-bukit kapur yang
ada di Desa Kutuh, mirip bukit kapur yang dibelah di Garuda Wisnu
Kencana (GWK). Semakin dekat ke pantai, anda akan menemui lubang dan
ukiran indah pada tebing-tebing kapur tersebut. Di lubang-lubang itulah
patung kelima tokoh Pandawa berada. Mereka adalah Yudhistira
(Puntadewa), Bima (Werkudara), Arjuna (Janaka), Nakula, dan Sadewa.
Pantai Pandawa memang romantis. Mungkin
kurang cocok bagi yang suka petualang. Pantai Pandawa berpasir putih
bersih, airnya berwarna hijau kebiruan, lazimnya pantai di kawasan
bukit. Suasanaya sepi dan tenang, sangat romantis. Makanya tidak heran
jika sinetron FTV beberapa kali mengambil shooting di sana.
Lokasi Patung Pandawa
Bagi Anda yang suka mandi di laut,
pantai Pandawa memang pas. Dasarnya tidak terjal dan ombaknya tidak
menakutkan karena sudah pecah di tengah laut. Pasir lembut di bibir
pantai membuat siapapun akan betah bermain pasir. Lagi-lagi soal
romantisme, pantai Pandawa berada di sisi timur Pulau Bali, oleh karenanya anda bisa menikmati matahari terbit (sun rise) di Pantai Pandawa.
Pesona wisata lainnya di Pantai Pandawa
adalah aktivitas para petani rumput laut di sepanjang bibir pantai. Ada
juga olahraga adrenalin seperti paralayang dan motor trail diatas bukit.
Ada bonus jika anda berkunjung ke Pantai Pandawa. Lokasi pantai Pandawa
berada dalam satu deretan dengan Pantai Gunung Payung, Desa Kutuh. Oleh karenanya anda bisa juga menikmati indahnya pemandangan Air Terjun Pantai Gunung Payung yang tumpah ke pantai. Mau ke Bali? ya ke Pantai Pandawa.
Sumber: http://obyekwisataindonesia.com
Label:
Panorama
07.45
Pandawa Beach, Bagi Anda yang sering berlibur ke Bali, mungkin sudah bosan dengan pantai yang itu-itu saja (Kuta, Sanur, Dreamland,
dll). Jangan khawatir! Bukan Bali namanya kalau tidak bisa “membuat”
tempat baru untuk menarik kunjungan wisatawan. Baru-baru ini, Bali
membuka pantai baru, namanya Pantai Pandawa. Dulunya Pantai yang
letaknya tersembunyi di Kawasan Bukit ini mulai ramai dikunjungi
wisatawan karena panorama alamnya yang eksotis.
Panorama Pandawa Beach Kutuh Bali
Tebing-tebing kapur di Pantai Pandawa |
Saya sendiri, menemukan Pantai Pandawa secara tidak sengaja. Sepulang dari mengantar teman ke Pantai Green Bowl (yang berada tak jauh dari Pantai Pandawa) di awal September 2012, saya melihat penunjuk arah bertuliskan Pandawa Beach.
Sebenarnya saya penasaran ingin mengunjungi pantai tersebut. Namun,
saya mengurungkan niat saya karena hari sudah sore. Selain itu, saya
juga sudah lumayan capek naik turun tangga di Pantai Green Bowl yang jumlahnya ratusan. Makanya ,saya mengagendakan kunjungan ke Pantai Pandawa lain kali saja.
Jalan menuju Pantai Pandawa |
Akhirnya, di penghujung bulan September, saya berkesempatan untuk
mengunjungi Pantai Pandawa. Bersama teman, saya menyambangi Pantai
Pandawa setelah sebelumnya menjelajahi Pantai Gunung Payung yang berada
di tak jauh dari pantai tersebut. Pantai Pandawa memang berada di
Kawasan Bukit, satu kompleks dengan Pantai Green Bowl dan Pantai
Gunung Payung. Secara administratif, Pantai Pandawa terletak di Desa
Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung.
Salah satu Patung Pandawa di tebing kapur, |
Pantai Pandawa memiliki panorama yang indah, dengan ciri pasir putih
bersih dan air laut yang hijau kebiruan, tipikal pantai-pantai di
Kawasan Bukit. Suasana pantainya sepi dan tenang. Pantai ini sangat
cocok untuk mandi atau berenang karena ombaknya pecah di tengah laut.
Bermain pasir di Pantai Pandawa juga sangat menyenangkan, karena
pasirnya putih dan lembut. Selain itu, Pantai Pandawa juga tempat yang
tepat untuk melihat matahari terbit (sunrise) karena pantai ini
menghadap ke timur. Selain berbagai keindahan tersebut, yang membuat
Pantai Pandawa unik dan eksotis adalah tebing-tebing kapur yang memagari
pantai ini. Sekitar 1,5 km jalan menuju pantai ini dipagari
tebing-tebing kapur yang menjulang tinggi. Jalan tersebut memang sengaja
dibuat dengan membelah bukit-bukit kapur yang ada di Desa Kutuh, mirip
bukit kapur yang dibelah di GWK. Mendekati pantai, tebing-tebing kapur
tersebut dilubangi dan diukir dengan indah. Rencananya di tebing
tersebut akan ditempatkan patung tokoh Pandawa Lima (tokoh dalam Kisah
Mahabharata) yang terdiri dari Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan
Sadewa. Makanya pantai ini dinamakan Pantai Pandawa. Dulunya, pantai ini
dinamakan Secret Beach karena letaknya tersembunyi di balik
tebing dan belum diketahui banyak orang. Saat ini, proyek pembangunan
patung tersebut sedang dikerjakan.
Pantai Pandawa yang sepi dan indah |
Pesona Pantai Pandawa lainnya adalah aktivitas para petani rumput laut
di sepanjang pantai. Karena kontur pantai yang landai dan ombaknya tidak
sampai ke pinggir, Pantai Pandawa sangat cocok untuk budi daya rumput
laut. Tak heran kalau masyarakat sekitar membudidayakan rumput laut di
Pantai Pandawa.
Terakhir, jika cuaca sedang cerah dan angin bertiup dengan kencang, Anda
akan melihat aktivitas paralayang (paragliding) di atas Pantai
Pandawa. Maklum, pantai ini berada tak jauh dari Bukit Timbis, pusatnya
kegiatan paralayang di Bali. Biasanya, kegiatan paralayang ini dilakukan
di siang dan sore hari, bila cuaca memenuhi syarat (angin bertiup
dengan baik, tidak terlalu kencang). Jika Anda tertarik untuk mencoba
paralayang, Anda tinggal meluncur ke Bukit Timbis yang jaraknya hanya
beberapa kilometer dari Pantai Pandawa. Jadi, kapan Anda akan berkunjung
ke Pantai Pandawa?
Getting There
Untuk menuju Pantai Pandawa, dari Denpasar/Kuta arahkan kendaraan Anda menuju Uluwatu melalui
Jalan Raya Uluwatu. Sekitar 1 km setelah Objek Wisata Garuda Wisnu Kencana
(GWK), Anda akan menjumpai sebuah perempatan, di mana terdapat Nirmala Supermarket di sebelah kanan jalan. Dari
perempatan tersebut, beloklah ke kiri (arah Nusa Dua/Bali Cliff) dan ikuti arah jalan ke Bali Cliff.
Setelah 2 km berkendara, Anda akan ketemu pertigaan dengan
penunjuk arah ke Pantai Pandawa di kiri jalan. Beloklah ke kiri, dan
ikuti
jalan tersebut hingga tiba di perempatan, kemudian belok kanan dan ikuti
jalan tersebut sampai habis hingga tiba di Pantai Pandawa. Dari
pertigaan tersebut ke Pantai Pandawa,
jaraknya hanya sekitar 3,5 km
Sumber : http://edyraguapo.blogspot.com
Label:
Wisata
07.35
Pantai Pandawa, Bagai Arjuna di Bali Selatan
Pandawa Beach, Terletak sebelah tenggara Bali, ada sebuah pantai yang sangat indah,
Pantai Pandawa namanya. Pemandangan elok di sini sungguh tak dapat
terlukiskan. Inilah sang Arjuna dari Bali Selatan.
Terletak sebelah tenggara Bali, ada sebuah pantai yang sangat indah, Pantai Pandawa namanya. Pemandangan elok di sini sungguh tak dapat terlukiskan. Inilah sang Arjuna dari Bali Selatan.
Selain memang karena tempatnya yang indah, Pantai Pandawa juga memiliki Arca Arjuna yang berdiri kokoh. Patung ini berdiri berdampingan bersama Pandawa Lima lainnya.
Kontur di pantai ini cukup unik, ada pasir putih dan ada juga batuan kapur yang besar. Batuan kapur tersebut menjadi seperti pagar pembatas pantai. Mengintip di celahnya, langit biru dan laut Pantai Pandawa yang indah seolah hanya dibatasi oleh garis ombak saja.
Di sini, Anda bisa berjemur serta belajar budidaya rumput laut. Selain itu, ada juga wahana air seperti kano. Pastikan juga Anda menyusuri garis pantainya. Sebab di situlah eksotisme pantai ini tersimpan.
Terletak sebelah tenggara Bali, ada sebuah pantai yang sangat indah, Pantai Pandawa namanya. Pemandangan elok di sini sungguh tak dapat terlukiskan. Inilah sang Arjuna dari Bali Selatan.
Selain memang karena tempatnya yang indah, Pantai Pandawa juga memiliki Arca Arjuna yang berdiri kokoh. Patung ini berdiri berdampingan bersama Pandawa Lima lainnya.
Kontur di pantai ini cukup unik, ada pasir putih dan ada juga batuan kapur yang besar. Batuan kapur tersebut menjadi seperti pagar pembatas pantai. Mengintip di celahnya, langit biru dan laut Pantai Pandawa yang indah seolah hanya dibatasi oleh garis ombak saja.
Di sini, Anda bisa berjemur serta belajar budidaya rumput laut. Selain itu, ada juga wahana air seperti kano. Pastikan juga Anda menyusuri garis pantainya. Sebab di situlah eksotisme pantai ini tersimpan.
Sumber: http://travel.detik.com
Label:
Wisata
07.30
Pandawa Beach Kutuh Bali
![]() |
Pandawa Beach Kutuh |
Pandawa Beach, salah satu tempat wisata yang alamnya masih terjaga
yang jalannya melewati tebing batu kapur yang sedang dirapikan, dan
disana ada banyak arca ayng ditempatkan ditebing-tebing kapur itu.
keindahan alamnya masih terjaga, warna air lautnya ada yang biru dan
hijau, dan pasirnya yang khas putih bersih. disana pantainya agak dalam
jadi bisa dipakai untuk bermain kano-kanoan dan ombaknya yang tidak
begitu besar relatif kecil. pantai ini sepertinya ada disamping belakang
GWK tempat patung setengah garuda setengah manusia(masih setengah juga,
kakinya belum ada) :P.
pantai pandawa terletak di desa Kutuh Kecamatan Kuta selatan , Kabupaten Badung Bali, 3 km dari kawasan Wisata Nusa dua dan dan Pura Uluwatu untuk menuju kawasan ini saat ini masih dalam perbaikan akses jalan menuju Pantai pandawa karena kita akan melewati tebing batu kapur yang saat ini masih dalam tahap perbaikan
Tidak banyak yang tahu mengenai pandawa beach ini, selain penduduk lokal yang menjadikan pantai pandawa ini sebagai tempat mereka bertani rumput laut. di Pandawa beach
sendiri sudah dilengkapi dengan kedai makan dan minum untuk wisatawan
karena aktivitas yang biasa yang dilakukan adalah paragliding. Nama Pandawa Beach sendiri
diambil dari tokoh pewayangan karena pantai ini setiap tahunnya
dijadikan sebagai tempat untuk melakukan upacara melasti.
Di jalan menuju pantai ini akan dipahat
patung dari lima tokoh pewayangan tersebut serta akan menjadi salah satu
daya tarik bagi wisatawan yang tidak saja gemar berwisata di pantai
akan tetapi bisa mengabadikan tokoh pewayangan ini
Sumber: http://nobiika.blogspot.com
Label:
Panorama
09.34
Olahan Rumput Laut Pantai Pandawa
OLAHAN RUMPUT LAUT PANTAI PANDAWA
Ingin mencicipi olahan rumput laut seperti; bakso, syrup, rujak, juice dan berbagai produk lainnya sebagai oleh oleh silahkan kunjungi stan pesona bahari pantai pandawa desa kutuh.
MAU BELAJAR TEKNIK BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN RUMPUT LAUT SILAHKAN HUBUNGI STAN PESONA BAHARI:
081 236 530 207
Ingin mencicipi olahan rumput laut seperti; bakso, syrup, rujak, juice dan berbagai produk lainnya sebagai oleh oleh silahkan kunjungi stan pesona bahari pantai pandawa desa kutuh.
MAU BELAJAR TEKNIK BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN RUMPUT LAUT SILAHKAN HUBUNGI STAN PESONA BAHARI:
081 236 530 207
Label:
Budidaya
15.41
Rumput Laut Desa Kutuh
![]() |
Petani Rumput Laut Bali |
Pandawa Beach, Asosiasi Rumput laut Indonesia (ARLI)
bersama Kelompok Tani Rumput Laut Bali mengembangkan pemasaran rumput
laut yang lebih luas dalam jumlah yang lebih besar dengan kualitas
standard dan memanfaatkan kemampuan serta networking ARLI. Diharapkan hal ini dapat meningkatkan kualitas dan potensi pada masa-masa mendatang.
Ketua
Umum ARLI Safari Azis, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Rabu, 2
Januari 2013, mengungkapkan, kerja sama pemasaran termasuk pengembangan
dan pembinaan ini sebagai bagian dan upaya untuk menjadikan rumput laut
sebagai salah satu sumber mata pencaharian utama penduduk Desa Kutuh,
Kabupaten Badung.
“Diharapkan rumput laut Kutuh yang memiliki
potensi dan kualitas sangat baik bisa terus ditingkatkan di masa yang
akan datang”, ujar Safari.
Pengembangan dan pemanfaatan rumput
laut yang memberikan banyak manfaat, mulai dari penciptaan lapangan
kerja untuk masyarakat yang tinggal di daerah pantai, merupakan bahan
baku dari berbagai indutri pangan, farmasi, kesehatan, kosmetik, pupuk
cair dan berbagai prospek lainnya menjadikan rumput laut sebagai salah
satu komoditi ”Blue Ekonomi” di Indonesia.
“Terlebih lagi bahwa
Indonesia dipercaya sebagai penyelenggara ISS (International Seaweed
Symposium) ke 21, seharusnya semakin menambah semangat kita (Indonesia)
sebagai salah satu produsen rumput laut Euchemacottonii terbesar dunia
untuk tetap mengembangkan dan melestarikan apa yang ada di Desa KUTUH,
Kuta Selatan ini”, tambah Safari.
Sebagai salah satu komoditi
dalam mendukung visi ”Blue Economy” maka walaupun komoditi ini berada
ditengah gencarnya aktivitas pariwisata di pulau Dewata ini, akan tetapi
komoditi rumput laut yang mulai dikembangkan sekitar 30 tahun lalu
menjadi salah satu penopang hidup masyarakat yang tinggal di daerah
pesisir dan pulau pulau tidak mesti kalah atau tergusur karena
sesungguhnya dapat dilakukan sebuah sinergi antara komoditi rumput laut
untuk mendukung sektor pariwisata.
Tentunya sinergi ini dapat
dilakukan dan bisa dibangun dengan dimulainya sebuah gagasan Minawisata
atau Fishery Ecotourism yang menjadikan aktivitas budidaya rumput laut
sebagai kegiatan wisata. Proses kehidupan masyarakat pembudidaya rumput
laut dalam kesehariannya menjadi kekayaan wisata yang unik dan ditata
sedemikian rupa sehingga tidak dianggap sebagai bidang yang bertentangan
atau saling mengeliminasi tetapi menjadi sebuah kesatuan utuh yang
saling menguntungkan.
“Disinilah kita mengharapkan peran besar
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk menggandeng bidang
usaha ini sebagai salah satu kekhasan lokal Desa Kutuh yang harus
dipertahankan dan dilestarikan untuk diolah sedemikian rupa menjadi
bagian terintegrasi dari kegiatan pariwisata
Label:
Wisata
15.29
Sumber : http://travelphotomedia.com
Seaweed Farming in Bali
![]() |
Seaweed farming |
Pandawa Beach,
Traditional seaweed farming can still be found in some areas in Bali, Nusa Penida, Lembongan and in Kutuh village in the South. Major usage of this type of Carrageenan tropical seaweed (Eucheuma Cottoni) is widely utilized in the food industry such as agar agar. Thatched bamboo huts where sea farmers work, lined up along the beautiful white sandy beach, one of Bali’s “secret” beaches. Although the areas south of Nusa Dua have been transformed into touristic villas and hotels thus casting aside many traditional sea farmers, the pristine coastal village of Kutuh towards Timbis with its lovely cliffs have been spared and today protected for sustainable living. These villagers are poor and due to their poverty stricken land, many have switched to cultivating the local seaweed to earn their living and some have been working for more than twenty years. Depending on the planting and harvesting which can be daily, the villagers would come spend the day in their working huts, replanting and harvesting seaweed in shallow water mostly in the morning and towards late afternoon at low tide.
Traditional seaweed farming can still be found in some areas in Bali, Nusa Penida, Lembongan and in Kutuh village in the South. Major usage of this type of Carrageenan tropical seaweed (Eucheuma Cottoni) is widely utilized in the food industry such as agar agar. Thatched bamboo huts where sea farmers work, lined up along the beautiful white sandy beach, one of Bali’s “secret” beaches. Although the areas south of Nusa Dua have been transformed into touristic villas and hotels thus casting aside many traditional sea farmers, the pristine coastal village of Kutuh towards Timbis with its lovely cliffs have been spared and today protected for sustainable living. These villagers are poor and due to their poverty stricken land, many have switched to cultivating the local seaweed to earn their living and some have been working for more than twenty years. Depending on the planting and harvesting which can be daily, the villagers would come spend the day in their working huts, replanting and harvesting seaweed in shallow water mostly in the morning and towards late afternoon at low tide.
Sumber : http://travelphotomedia.com
Label:
Rumput Laut
15.08
Paralayang in Bali
![]() |
Paragliding di timbis Kutuh, Bali |
Timbis Beach Pandwa, tersembunyi di antara gunungan kapur di sebelah Selatan Bali,
terletak di Desa Kutuh, Kuta Selatan. Jarak tempuhnya memakan waktu
sekitar 1 jam dari Denpasar atau 30 menit dari Kuta. Tidak ada papan
petunjuk memasuki kawasan Timbis, satu-satunya patokan adalah Pura
Gunung Payung yang terletak tidak jauh dari situ.
Meski
tak banyak orang mengetahui keberadaan pantai ini, tapi pantai Timbis
sudah cukup terkenal dikalangan para penikmat paralayang dan surfer.
Tempat ini dinilai memiliki kriteria yang sempurna untuk melakukan
Paralayang. Tebing dengan kontur kemiringan tanah yang pas untuk start
awal mengembangkan payung sebelum terbang, maupun pantai dengan pasir
yang luas untuk melakukan pendaratan. Pemandangan pantai ini pun sangat
spektakuler! Tidak heran, tempat ini menjadi favorit para pecinta
paralayang.
Hari itu,11 Oktober 2010, puluhan pilot Paralayang berkumpul untuk melakukan tradisi mereka setiap tahun yang sudah empat kali dilakukan, yaitu memecahkan rekor terbanyak terbang bersama 110 Paralayang. Sangat disayangkan, faktor cuaca dan angin yang berubah-ubah menyebabkan ritual itu gagal dilakukan. Olahraga ini memang sangat bergantung pada konsistensi hembusan angin. Meski demikian, mereka tetap menikmati suasana keakraban di atas tebing Pantai Timbis ini.
Dengan ketinggian 110 meter dari permukaan laut, para pelayang itu terbang damai memecah angin di atas pantai dengan ombak yang berderu kencang. Dalam dudukan harnest atau tali pelindung, mereka terlihat gemulai mengikuti arah angin berhembus. Dari atas, pemandangan yang dapat terlihat oleh para pilot paralayang adalah berpetak-petak lahan budidaya rumput laut di tengah birunya laut, para peselancar yang meliuk-liuk dalam gulungan ombak, dan vila-vila cantik yang bertengger di tebing.
Hari itu,11 Oktober 2010, puluhan pilot Paralayang berkumpul untuk melakukan tradisi mereka setiap tahun yang sudah empat kali dilakukan, yaitu memecahkan rekor terbanyak terbang bersama 110 Paralayang. Sangat disayangkan, faktor cuaca dan angin yang berubah-ubah menyebabkan ritual itu gagal dilakukan. Olahraga ini memang sangat bergantung pada konsistensi hembusan angin. Meski demikian, mereka tetap menikmati suasana keakraban di atas tebing Pantai Timbis ini.
Dengan ketinggian 110 meter dari permukaan laut, para pelayang itu terbang damai memecah angin di atas pantai dengan ombak yang berderu kencang. Dalam dudukan harnest atau tali pelindung, mereka terlihat gemulai mengikuti arah angin berhembus. Dari atas, pemandangan yang dapat terlihat oleh para pilot paralayang adalah berpetak-petak lahan budidaya rumput laut di tengah birunya laut, para peselancar yang meliuk-liuk dalam gulungan ombak, dan vila-vila cantik yang bertengger di tebing.
Di
Bali sendiri sebenarnya ada beberapa spot Paralayang, tapi Timbis lah
yang terbaik dari sisi karakter tebing, hembusan angin, dan pemandangan
sekeliling. Untuk dapat melakukan olahraga ini diperlukan sertifikasi
sama halnya seperti diving. Untuk proses awal sertifikasinya diperlukan
biaya sekitar lima juta rupiah sampai ia lulus. Semua alat akan
dipinjamkan.
Bali
memang menyimpan sejuta pesona. Pulau ini tidak hanya menjadi surga
bagi para surfer dan diver, tapi juga para penerbang paralayang. Sungguh
sebuah tujuan wisata yang sempurna.
Sumber: http://www.ranselkosong.com
Label:
Panorama
15.01
Timbis Beach Kutuh
![]() |
Timbis Beach, Kutuh |
Timbis beach is located south of the Bali island.
The beach is exclusive for fans of paragliding or fly kites Indonesia.
So for those who pursue this hobby either from abroad or local
Indonesia, Timbis Beach is not a foreign place. This beach is located in
the Village Kutuh - South Kuta about 30 km from Denpasar or 15 km from Kuta. Or just 7 km from Nusa Dua.
This place was introduced by businessman Bernard Fode a French citizen who was also a paragliding instructor Bali. It started about twenty years ago.
Timbis beach is an option to place the players flying and landing the
kite. Whether it Paragliding or Hang Glidig. Of course there are special
requirements in order that a place can be used to place the aircraft
took off for not wearing a parachute this engine.
The main one is the contour of the ridge, must meet certain steepness
which makes it possible to develop an umbrella before flying. Because
not like Sky Dive paragliding or parachuting from an airplane. Umbrellas
are used almost like it's just that way and the technique was initially
reversed.
Because the one starting from the ground means it needs to take off,
while parachuting rely solely on automated or manual mechanisms to
develop an umbrella.
Consistent winds are also a consideration of a place can be used for
paragliding airstrip. In addition there should also be a place for an
emergency landing field for instance or the fields or the beach. Timbis
It meets all these requirements.
Peak popularity Timbis Coast is now used to show Asian Beach Games which
was followed by 42 Asian countries. Of the 18 sports are contested one
of them is this paragliding.
From the syllable "paragliding" is a kind of a conveyance to fly by
using a parachute as a wing and nylon yarn with a certain strength as
hanger. For the convenience of flying pilots wear "harness" or the
buffer body, combined with seat.
This harness also has many functions, among others, the main thing is
the rudder, both as a wrapper umbrella, umbrella stand as the third and
fourth emergency backup for carrying extra ballast when the wind is
rather large. Other functions also as a backup safety who called from
the back of the air bag harness come to the passage below. The main
harness is also the holder of an additional harness that is used to
transport passengers or tendem.
Timbis beach has a height of 110 meters above sea level. If the wind
direction just straight from the south towards the pilot can fly freely
the direction of Nusa Dua or Uluwatu. You could be swinging over a swimming pool Bali Cliff Hotel or you can enjoy the sensation of flying over the Hotel Nikko Nusa Dua.
Fly on the Beach Timbis certainly very exciting because vast blue sea
that stretches. You will feel the wind whistling from paragliding ropes
give voice tone that may have never heard of. Depending on the level of
proficiency, you can perform some maneuvers, such as rotating 360 °,
which in this way you can reduce the height or the sensation of G-Force.
You also should not be able to fly to enjoy Timbis Coast and surrounding
areas, you can tandem with some veteran pilots who manage this resort.
Among Ketut Manda and Bernard Fode. They also provide special rates for
travelers Indonesia. Due to stranger fare "tandem" or flight is $50 U.S.
The word was actually hitchhike here in a paragliding is not
appropriate because you are not behind but in front of the pilot's
pilot.
Timbis coast from the air looks different, you can see patches of
seaweed plantations. You also get to watch from nearby luxury villas on
the cliffs towards Uluwatu and Nusa Dua or Sawangan.
But not only the beauty of the scenery you see as well you will fly over
the temple along this cliff, among others, from the east Nusa Dua is Pura Geger, then Pura Barong-Barongan Sawangan both located in the Village, and Gunung Payung Temple,
walked Kelod Pura, Pura Penyarikan, Penyekjekan temple is located in
the Village Kutuh. Ungasan Village you will pass on the temple stones
Pageh and several temples towards the west.
Flew over the temple need a little extra attention, because the temple in Bali sakral by Hindus, we must pay special attention not to fly just above or too close to the temple.
Since the contour of the south coast cliffs like letters upside-down U,
then it is risky if you fly over a certain limit, the risk of loss of
air pressure, which lowers the height or have an emergency landing far
from the reach of transport. This could be avoided if we had good
communication with local local aviators. Ask before you go or ask before
getting lost.
Paragliding sports require certification, you can not just have the
tools and fly at will. There are rules and regulations as a member and
have a pilot certificate. Once you have passed and certified. Sure you
can fly anytime you want. But to fly in a new location you must have
enough information from the local local aviators. Locations which may
and may not fly.
Actually in Bali is not only in Cote Timbis just kite flying locations, you can fly in the hills of Dasa Temple, also flew from Mount Batur, Kintamani.
But for the flexibility to fly with a radius that is so long for the
soaring (flying soaring surf), the beach is the best Timbis.
Sumber: http://cultures-of-denpasar.blogspot.com
Label:
Panorama
11.01
Pantai Pandawa, Masih
dalam rangkaian #bali3p, sehabis dari Pantai Balangan, rencana saya
yaitu nongkrong santai di Pantai Bali Cliff / Pantai Green Bowl yang
lokasinya gak jauh dari Balangan. Dari perempatan awal setelah GWK yang
bila belok kanan ke Pantai Balangan, saya ambil jalur yang belok kiri,
masih berbekal arah yang ditunjukkan oleh mas CumiLebay di blognya, saya
pun dengan mudah menemukan jalur Pantai Bali Cliff, nah sampai di
pertigaan terakhir, keinginan saya untuk nginjek pasir nya Pantai Bali
Cliff tiba tiba sirna setelah melihat papan petunjuk arah yang
menujukkan arah ke Pantai Pandawa bila belok kanan, hoho saya pun
langsung tancap gas menuju Pantai Pandawa.
Pandawa, Pantai Eksotis di Bali
![]() |
Pandawa Beach |
Gak tahu ya kenapa lebih tertarik ke Pantai Pandawa, saya juga bingung, beneran deh...
Yang saya suka dari pantai pantai di wilayah sini itu jalurnya itu lho, se-terpencil apapun tetep halus mulus jalannya, seperti jalur yang saya lewati ini, mulusss. Dan udah dibagi jadi dua jalur pula, dipisah oleh beton.. Mantaap !!!! Ayoo Lombok jangan mau kalah donkkk, Gak jauh, ketemu dah perempatan, kalau lurus ke Nusa Dua, ke kanan ke Pantai Pandawa. Pintu masuk Pantai Pandawa dijaga dua orang, sepertinya warga setempat. Untuk masuk tarifnya 2000/orang ditambah motor Seribu, total tiga ribu. Dari pintu masuk ini, jalurnya super eksotis, kanan kirinya dinding tebing batu kapur yang bertekstur garis garis akibat dari bekar kerukan mesin keruk, unik dah ini. Lihat ke puncak tebing, hohoho ada transformer cuii lagi ngratain bagian atas tebing, sepertinya mau dibangun sesuatu disana. Nah di jalan ini wajib fotoan, rugi dah udah sampai sini gak fotoan di sini.
Lanjut jalan beberapa meter, sampai di ujung belokan, di sini juga wajb berhenti dan fotoan, ke depan viewnya pantai Pandawa, lokasinya ada jauh di bawah sana, jdi kalau mau nginjek pasirnya ya harus turun lagi, tapi tenang, jalan nya udah bagus kok sampai bawah. Setiap kendaraan yang lewat sini, pasti berhenti, turun sebentar buat fotoan.
Yang saya suka dari pantai pantai di wilayah sini itu jalurnya itu lho, se-terpencil apapun tetep halus mulus jalannya, seperti jalur yang saya lewati ini, mulusss. Dan udah dibagi jadi dua jalur pula, dipisah oleh beton.. Mantaap !!!! Ayoo Lombok jangan mau kalah donkkk, Gak jauh, ketemu dah perempatan, kalau lurus ke Nusa Dua, ke kanan ke Pantai Pandawa. Pintu masuk Pantai Pandawa dijaga dua orang, sepertinya warga setempat. Untuk masuk tarifnya 2000/orang ditambah motor Seribu, total tiga ribu. Dari pintu masuk ini, jalurnya super eksotis, kanan kirinya dinding tebing batu kapur yang bertekstur garis garis akibat dari bekar kerukan mesin keruk, unik dah ini. Lihat ke puncak tebing, hohoho ada transformer cuii lagi ngratain bagian atas tebing, sepertinya mau dibangun sesuatu disana. Nah di jalan ini wajib fotoan, rugi dah udah sampai sini gak fotoan di sini.
Lanjut jalan beberapa meter, sampai di ujung belokan, di sini juga wajb berhenti dan fotoan, ke depan viewnya pantai Pandawa, lokasinya ada jauh di bawah sana, jdi kalau mau nginjek pasirnya ya harus turun lagi, tapi tenang, jalan nya udah bagus kok sampai bawah. Setiap kendaraan yang lewat sini, pasti berhenti, turun sebentar buat fotoan.
Lanjut turun, dinding tebing sebelah kiri ternyata sudah dikembangkan
jadi semacam ruang pamer buat beberapa patung ukiran, yang merupakan
hasil dari sumbangan para donatur, keren deh... Saya lihat masih ada
beberapa tempat yang belum ada patungnya, baru siap tempatnya aja,
mungkin lagi nunggu donatur lain yaaa.
Nah saya enggan
untuk turun ke pantainya, karena saya rasa sama saja sih pantainya,
lagipula siang ini rame wisatawan, ada beberapa bus yang turun, males
kalau ramae. Akhirnya saya balik menuju arah Denpasar lagi, nyari
sarapan, cos dari kemaren belum makan, terakhir makan sebelum nyebrang
kapal ke Bali.
Sumber: http://berbagifun.blogspot.com
Label:
Wisata
10.39
Pantai Melasti Kutuh “The Hidden Beach”
Pandawa Beach |
Pantai Pandawa, Pantai Melasti atau Pantai Kutuh masih
sepi pengunjung sehingga masih jarang terlihat hotel, resto ataupun
penduduk yg menghuni lokasi tersebut. Kondisinya masih sangat alami dan
tempatnya tersembunyi, pemandangan pasir putih dan tebing-tebing besar
yg menutupi Pantai ini membuat kita seakan terisolir oleh hingar
bingarnya kota-kota besar di Bali yag tidak pernah sepi pengunjung.
Pantai ini menyajikan sejuta keindahan,
bukan hanya lautnya yang cantik tetapi juga jalan menuju kesana.
Sepanjang jalan menuju pantai melasti terdapat tebing-tebing indah yang
menjulang tinggi, sungguh pemandangan yang sangat mengagumkan.
Pantai Kutuh terletak di desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten
Badung. Kawasan pesisir pantai Desa Kutuh memang dikenal sebagai sentra
pembudidayaan rumput laut di Bali.
Jalan menuju ke pantai Kutuh, gampang-gampang susah karena masih banyak
jalan yang berkapur belum diaspal, lebih gampangnya lewat jalan baru,
dari arah Jimbaran ketemu perempatan yang menuju Bali Cliff, terus saja
sebelum simpangan pintu gerbang Bali Cliff dan ke kiri ke Green Bowl,
ada jalan aspal terus kapur yang jalan berkelok dan melewati jembatan
terus jalan kapur terus saja, ketemu perempatan kekiri ke Ungasan dan
lurus bisa tembus ke Sawangan dan anda ambil ke kanan (Jalan Melasti )
yang jalannya kanan kiri tebing kapur yang membuat anda berdecak kagum.
Sumber: http://wisatasukasuka.wordpress.com
Label:
Wisata
10.28
Petani Rumput Laut Kutuh Genjot Kualitas
![]() |
Petani Rumput Laut Di Pantai Pandawa |
Pantai Pandawa, (Bisnis Bali) – Untuk memperoleh harga jual yang layak, petani
rumput laut di Desa Kutuh, Kuta Selatan menggenjot kualitas komoditi
yang mereka hasilkan.
Made Kotan, Sekretaris Kelompok Tani Rumput Laut Sari Segara, Minggu (15/5) kemarin, menuturkan, selama ini harga rumput laut sering berfluktuasi terkadang petani memperoleh harga bagus, namun juga terkadang anjlok. Anjloknya harga rumput laut selain karena faktor cuaca yang mengakibatkan anjloknya produksi, namun juga kualitas dan mutu rumput laut yang kurang bagus.
Diungkapkan, untuk saat ini mutu rumput laut di Kutuh sudah cukup bagus dibandingkan dengan daerah lainnya seperti Lombok, Nusa Penida dan lainnya, sehingga harganya tidak sampai anjlok namun tetap stabil.
Lebih jauh diungkapkan, selama ini yang lebih ditekankan pembeli adalah kualitas serta mutu. Untuk itu, petani di Kutuh dalam meningkatkan mutu, pengelolaannya sangat diperhatikan baik itu kadar air rumput laut maksimal 35 persen, sedangkan kadar kotoran, baik itu sampah serta garamnya maksimal 5 persen. “Kalau ingin harga rumput laut stabil, kami harus terus menggenjot dan menjaga kualitas dan mutu. Petani berupaya untuk itu, karena petani bisa menikmati harga layak jika menjaga mutu dan kualitas rumput laut,” katanya.
Ia mengungkapkan, dalam upaya meningkatkan mutu sangat didukung oleh perkembangan budi daya. Untuk saat ini perkembangan budi daya rumput laut cukup bagus.
Lebih jauh dikatakan, begitu juga dengan harga. Mengenai harga saat ini Rp 10.500 per kg kering. Harga sedikit mengalami penurunan dibandingkan bulan Maret Rp 12.500, bahkan tahun sebelumnya harga rumput laut di Kutuh mencapai 17.000 per kg kering. “Selain mutu, fluktuasi harga dipengaruhi oleh musim. Jika musim panen sedikit harga akan naik dan sebaliknya jika musim bagus dan banyak yang produksi maka harga akan turun. “Dulu pada tahun 1999 harga rumput laut pernah di bawah Rp 5.000 - Rp 10.000 per kg,” katanya.
Ia menambahkan, rumput laut yang dihasilkan oleh kelompoknya dan kelompok lain selama ini banyak terserap ke pasar ekspor khususnya Jepang, Amerika dan Belanda. Sistem pascapanen 45 hari sekali dalam setahun bisa 6-7 kali panen. Tiap-tiap panen kelompoknya bisa menghasikan 30 ton rumput laut kering dan dijual tiap dua bulan sekali. “Petani masih kewalahan dalam produksi, sebab permintaan belum bisa dipenuhi, sebab eksportir tiap dua bulan sekali meminta 100 ton, namun kami hanya bisa menyediakan 30 ton,” katanya.
Made Kotan, Sekretaris Kelompok Tani Rumput Laut Sari Segara, Minggu (15/5) kemarin, menuturkan, selama ini harga rumput laut sering berfluktuasi terkadang petani memperoleh harga bagus, namun juga terkadang anjlok. Anjloknya harga rumput laut selain karena faktor cuaca yang mengakibatkan anjloknya produksi, namun juga kualitas dan mutu rumput laut yang kurang bagus.
Diungkapkan, untuk saat ini mutu rumput laut di Kutuh sudah cukup bagus dibandingkan dengan daerah lainnya seperti Lombok, Nusa Penida dan lainnya, sehingga harganya tidak sampai anjlok namun tetap stabil.
Lebih jauh diungkapkan, selama ini yang lebih ditekankan pembeli adalah kualitas serta mutu. Untuk itu, petani di Kutuh dalam meningkatkan mutu, pengelolaannya sangat diperhatikan baik itu kadar air rumput laut maksimal 35 persen, sedangkan kadar kotoran, baik itu sampah serta garamnya maksimal 5 persen. “Kalau ingin harga rumput laut stabil, kami harus terus menggenjot dan menjaga kualitas dan mutu. Petani berupaya untuk itu, karena petani bisa menikmati harga layak jika menjaga mutu dan kualitas rumput laut,” katanya.
Ia mengungkapkan, dalam upaya meningkatkan mutu sangat didukung oleh perkembangan budi daya. Untuk saat ini perkembangan budi daya rumput laut cukup bagus.
Lebih jauh dikatakan, begitu juga dengan harga. Mengenai harga saat ini Rp 10.500 per kg kering. Harga sedikit mengalami penurunan dibandingkan bulan Maret Rp 12.500, bahkan tahun sebelumnya harga rumput laut di Kutuh mencapai 17.000 per kg kering. “Selain mutu, fluktuasi harga dipengaruhi oleh musim. Jika musim panen sedikit harga akan naik dan sebaliknya jika musim bagus dan banyak yang produksi maka harga akan turun. “Dulu pada tahun 1999 harga rumput laut pernah di bawah Rp 5.000 - Rp 10.000 per kg,” katanya.
Ia menambahkan, rumput laut yang dihasilkan oleh kelompoknya dan kelompok lain selama ini banyak terserap ke pasar ekspor khususnya Jepang, Amerika dan Belanda. Sistem pascapanen 45 hari sekali dalam setahun bisa 6-7 kali panen. Tiap-tiap panen kelompoknya bisa menghasikan 30 ton rumput laut kering dan dijual tiap dua bulan sekali. “Petani masih kewalahan dalam produksi, sebab permintaan belum bisa dipenuhi, sebab eksportir tiap dua bulan sekali meminta 100 ton, namun kami hanya bisa menyediakan 30 ton,” katanya.
Lebih jauh dikatakan, mengenai kendala budi daya selama ini adalah cuaca
dan penyakit. Karena berbudi daya di alam bebas yang paling vital yaitu
terkena penyakit seperti ice-ice, bulu babi, serta saat ini adalah
ikan-ikan yang memakan bibit-bibit yang ditanam, selain itu kendala alam
berupa ombak besar juga mempengaruhi sehingga banyak rumput laut
terbawa arus. “Masalah ikan sudah bisa diatasi dengan jala penangkap
ikan, namun masalah lainnya belum bisa diatasi. Jika terjadi masalah
biasanya kami melakukan peremajaan bibit,” katanya.
Di tempat yang sama Nyoman Yasa, Ketua Kelompok Tani Segara Amertha mengungkapkan, saat ini perkembangan budi daya rumput laut cukup bagus, namun penyakit berupa ice-ice, bulu babi serta lainnya masih menjadi ancaman. Mengenai harga juga, diakuinya lumayan bagus yakni Rp 10.500 per kg kering.
Untuk produksi dalam 45 hari di kelompoknya mencapai 77 ton yang tentunya juga sangat memperhatikan standar eksportir yaitu kekeringan kurang lebih 35-37 persen, kotoran ada pasir dan lainnya 5 persen. “Kualitas sangat digenjot, sehingga harga tawar bisa lebih baik. Untuk lebih meningkatkan mutu, kami juga mengharapkan bantuan bibit baru sebagai regenerasi budi daya, mudah-mudahan dari pemerintah bisa membantu petani untuk memberikan bantuan bibit baru,” katanya. *dwi
Di tempat yang sama Nyoman Yasa, Ketua Kelompok Tani Segara Amertha mengungkapkan, saat ini perkembangan budi daya rumput laut cukup bagus, namun penyakit berupa ice-ice, bulu babi serta lainnya masih menjadi ancaman. Mengenai harga juga, diakuinya lumayan bagus yakni Rp 10.500 per kg kering.
Untuk produksi dalam 45 hari di kelompoknya mencapai 77 ton yang tentunya juga sangat memperhatikan standar eksportir yaitu kekeringan kurang lebih 35-37 persen, kotoran ada pasir dan lainnya 5 persen. “Kualitas sangat digenjot, sehingga harga tawar bisa lebih baik. Untuk lebih meningkatkan mutu, kami juga mengharapkan bantuan bibit baru sebagai regenerasi budi daya, mudah-mudahan dari pemerintah bisa membantu petani untuk memberikan bantuan bibit baru,” katanya. *dwi
Label:
Petani
10.20
Pesona Pantai Pandawa
![]() |
Pantai Pandawa Kutuh |
Sobat nha_nha sekalian, pasti kalian tau dong Pandawa Beach.
Yuppp…Pandawa Beach adalah salah satu objek wisata di Pulau Bali. Pantai ini terletak di Desa Kutuh, Kabupaten Badung. Awalnya pantai ini bernama Secret Beach karena lokasinya tersembunyi di balik deretan perbukitan batu yang hanya ditumbuhi semak-belukar. Sebenarnya pantai ini sudah lama dikenal dikalangan masyarakat setempat, tapi karena akses untuk menuju lokasi ini cukup sulit, makanya pantai ini sepi pengunjung. Tapi itu dulu, sekarang akses untuk menuju pantai ini sudah mudah untuk dilalui kendaraan.
Pertama kali saya kesana, menurut saya pantai ini sangat-sangat indah. Begitu memasuki kawasan pantai ini kita akan disuguhi pemandangan tebing-tebing kapur yang begitu indah.
Yuppp…Pandawa Beach adalah salah satu objek wisata di Pulau Bali. Pantai ini terletak di Desa Kutuh, Kabupaten Badung. Awalnya pantai ini bernama Secret Beach karena lokasinya tersembunyi di balik deretan perbukitan batu yang hanya ditumbuhi semak-belukar. Sebenarnya pantai ini sudah lama dikenal dikalangan masyarakat setempat, tapi karena akses untuk menuju lokasi ini cukup sulit, makanya pantai ini sepi pengunjung. Tapi itu dulu, sekarang akses untuk menuju pantai ini sudah mudah untuk dilalui kendaraan.
Pertama kali saya kesana, menurut saya pantai ini sangat-sangat indah. Begitu memasuki kawasan pantai ini kita akan disuguhi pemandangan tebing-tebing kapur yang begitu indah.
Mendekati pantai, tebing-tebing kapur tersebut dilubangi dan rencananya
di tebing tersebut akan ditempatkan patung Panca Pandawa dalam Kisah
Mahabharata yang terdiri dari Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan
Sadewa.
Mata kita kembali dibuat terkagum saat memasuki area pantai Pandawa. Panorama begitu indah nan menawan. Pasir putih bersih dengan air laut yang hijau kebiruan. Pesona Pantai Pandawa lainnya adalah aktivitas para petani rumput laut di sepanjang pantai. Selain itu bisa melihat aktivitas paralayang dan motor trail diatas bukit.
Jadi bagi kawan-kawan yang bosan dengan Pantai Kuta, Sanur, ataupun Jimbaran, mungkin Pantai Pandawa bisa menjadi alternatif selanjutnya.
Sumber : http://niluhputuratnadewi.wordpress.com
Mata kita kembali dibuat terkagum saat memasuki area pantai Pandawa. Panorama begitu indah nan menawan. Pasir putih bersih dengan air laut yang hijau kebiruan. Pesona Pantai Pandawa lainnya adalah aktivitas para petani rumput laut di sepanjang pantai. Selain itu bisa melihat aktivitas paralayang dan motor trail diatas bukit.
Jadi bagi kawan-kawan yang bosan dengan Pantai Kuta, Sanur, ataupun Jimbaran, mungkin Pantai Pandawa bisa menjadi alternatif selanjutnya.
Sumber : http://niluhputuratnadewi.wordpress.com
Label:
Panorama
10.10
Petani Rumput Laut Di Pantai Pandawa Kutuh
![]() |
Petani Rumput Laut Pantai Pandawa |
Sejara Desa Kutuh
Diceritrakan pada tahun 1682 Kerajaan Badung dipimpin oleh Raja
Badung yaitu Ida Cokorda III yang bergelar Kyai Anglurah Pemecutan III,
dan pada suatu hari beliau melakukan perjalanan memasuki hutan belantara
yang sangat keramat, indah dan nyaman dihati beliau yang berada
diwilayah Kaki Pulau Bali bagian selatan. Didalam hutan tersebut tidak
dinyana Beliau bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik rupawan
bagaikan seorang bidadari, yang bernama Ni Rangdu Kuning yang menghuni
hutan keramat tersebut yang menggoda hati setiap laki-laki yang
menjumpainya.
Sebagai seorang lelaki yang sempurna beliaupun jatuh cinta sama Ni
Rangdu Kuning yang akhirnya dikawininya. Dari hasil perkawinannya dengan
Ni Rangdu Kuning lahirlah seorang Putra yang diberi nama I Gusti Ngurah
Ungasan.
Pada suatu saat Ni Rangdu Kuning ditinggal oleh Sang Raja ke Puri
Pemecutan dan tidak pernah kembali lagi, maka Ni Rangdu Kuning tinggal
sendirian bersama putranya. Karena lama Sang Raja tidak kembali maka Ni
Rangdu Kuning mulai melakukan perjalanan ke arah timur dan sampailah
disuatu tempat yang tidak diketahui namanya dan daerah tersebut banyak
ditumbuhi oleh Pohon Kayu Kutuh yang besar – besar, dan sebagai bukti
sampai sekarang ada dua pohon Kayu Kutuh yang sangat besar. Karena
daerah yang dijumpai tersebut banyak ditumbuhi pohon Kayu Kutuh yang
menjadi tempat tinggal Ni Rangdu Kuning, maka tempat tersebut diberi
nama Kutuh oleh beliau, dan seterusnya oleh masyarakat setempat
dijadikan nama Desa yaitu Desa Kutuh ( Desa Adat Kutuh ).
Pada Jaman Penjajahan Belanda di Indonesia, maka Desa Kutuh dijadikan Perbekelan Desa Kutuh yang dipimpin oleh seorang Perbekel.
Pada masa kekalahan Pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia juga
membawa dampak kepada Perbekelan Desa Kutuh menjadi satu pemerintahan
dengan Desa Ungasan yang berpusat di Desa Ungasan. Bergabungnya
Perbekelan Desa Kutuh dengan Perbekelan Desa Ungasan yaitu pada Tahun
1941 sampai Tahun 2002.
Atas segala perjuangan masyarakat khususnya para Prajuru Desa, maka
pada tanggal 25 Juni Tahun 1999 disetujui oleh Pemerintah Kabupaten
Badung menjadi Desa Persiapan Kutuh, dengan Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Bali Nomor : 273 Tahun 1999. Dengan Luas Desa Kutuh 976,800Ha ( 0,976 KM2 ) dan Jumlah Penduduk Tahun
2010 berjumlah 3.630 jiwa, sehingga kepadatan penduduk rata-rata : 269
jiwa/km, dengan tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata : 0,30 %.
Pantai Pandawa merupakan salah satu daya tarik dari Desa ini, pantai
yang dahulunya lebih terkenal dengan sebutan Secret beach. Sebutan
Secret beach ini timbul karena memang lokasinya yang sangat terpencil,
sehingga tidak banyak terexpose dan para wisatawan mancanegara
mendapatkan kebabasan penuh dalam bersantai. Pantai Pandawa memiliki
panorama yang indah, struktur batu karang yang juga menghiasi beberapa
sisi pantai ini dengan pasir yang berwarna kuning. Perjalanan menuju pantai ini sendiri sangat menarik, selain karena belum
ramainya lalu lintas kendaraan, kita juga akan menikmati bentangan
tembok alam yang tinggi, tembok ini merupakan struktur batu kapur yang
menjulang dan memang mendominasi daerah tersebut.
Pantai ini juga menawarkan interaksi sosial yang kental, ini
disebabkan karena di pantai ini juga terdapat Budidaya Rumput Laut yang
di kelola warga setempat. Sehingga sebagaian waktu setiap harinya semua
aktivitas berpusat disana. Para petani seperti juga didaerah lain memang
didominasi oleh para orang tua dan anak-anak yang membantu atau sekedar
bermain disana.
Budidaya rumput laut ini membuat pantai penuh warna-warni. Terutama
akan tampak ketika pantai surut di saat siang, atau ketika pagi hari
saat rumput laut basak mulai di jemur dan diterpa matahari pagi. Ini
memberikan kesan yang menarik walau tentunya sering terabaikan.
Budidaya rumput laut merupakan mata pencaharian pokok bagi sebagian
masyarakat Desa ini, mereka membentuk kelompok dengan anggota kurang
lebih 100 orang. Ini adalah pertanian turun temurun, struktur pantai
yang berbatu karang sehingga pada saat surut memungkinkan masih
tertinggalnya genangan air laut, dan sehingga para petani bisa
membudidayakan rumput laut. Dari mulai penanaman sampai pada proses
panan, rumput laut memerlukan waktu 45 hari, dan panen serta penanaman
dilakukan pada saat air laut sedang surut.
Hasil panen dikumpulkan dan dijual bahkan sampai keluar bali, rumput
laut dipasarkan dalam kondisi kering, dengan kisaran harga 9 ribu
samapi 10 ribu rupiah per kilogramnya. Untuk pengeringan ini sendiri
dilakukan secara tradisional, dan bisa memerlukan waktu 3 hari, ini
sangat tergantung dengan panas matahari dan angin laut. Untuk
proses-proses tersebut, para warga membangun gubuk darurat disepanjang
pantai. Gubuk-gubuk ini selain untuk penyimpanan rumput laut pada saat
datang hujan, juga berfungsi sebagai tempat istirahat di kala siang,
sambil sebul air laut surut.
Selain budidaya rumput laut ada beberapa warga juga perprofesi
sebagai nelayan. Dan ternak sapi untuk sambilan, seperti juga terdapat
di desa-desa agraris lain di Bali.
Untuk mendukung Potensi yang terdapat di Desa kutuh, penataan Desa
pun mulai dilakukan. Salah satu yang dilakukan adalah dengan pembangunan
infrastruktur seperti jalan raya menuju pantai serta pembangunan arca
di di dinding dinding tebing kapur, beberapa ratus meter sebelum masuk
pantai.
Tentunya pembangunan ini akan membawa dampak bagi perkembangan
investasi pariwisata disekitar pantai Pandawa. Sayangnya di satu sisi
pembangunan pariwisata yang membabi buta bisa membahayakan kelangsungan
mata pencaharian warga desa.
Seperti kita ketahui, sering terjadi pertentangan antara investor dan
warga, ini terutama menyangkut perbedaan orientasi. Investor yang
selalu berorientasi pada keuntungan, sering mengabaikan kepentingan
jangka panjang dari warga desa, terutama menyangkut mata pencaharian dan
atau kegiatan tradisional. Terutama investor yang mengklaim pantai
sebagai bagian dari wilayahnya sehingga merasa berhak memprivatisasi
pantai hanya untuk konsumsi wisatawan. dan pada akhirnya akan
mengorbankan mata pencaharian tradisional seperti Budidaya Rumput laut
atau Nelayan.
Hal ini yang harus di hindari karena, selain merupakan sebuah
keunikan, aktividas budidaya Rumput laut sendiri tentunya bisa
dimanfaatka sebagai salah satu object untuk untuk daya tarik pantai
Pandawa. Untuk itu, peran Desa Administratif dan Desa Adat sangat di
nantikan, sehingga pembangunan pariwisata tidak membunuh mata
pencaharian lokal, terutama Budidaya rumput laun yang tadak disetiap
pantai dibali bisa kita temui.
Selain itu dengan adanya budidaya ini tanpa disadari merupakan salah
satu perangsang bagi kesadaran warga untuk menjaga pantai, karna bagai
manapun di pantai itu waktu mereka habiskan, dengan kerja dan interaksi
sosial, dan terjadi hubungan ketergantungan antara manusia dan alam
masih sangat kental.
Jadi silahkan kunjungi, nikmati, dan belajarlah di pantai pandawa.
Banyak warna alam, hingga kita kan merasakan, warna lain dari Bali.
Nikmati pantainya, kesegaran air lautnya, kemilau warna rumput laut, dan
interaksi sosial warganya.
Sumber: http://gambarngengsut.wordpress.com
Label:
Petani
07.45
Sikat Gigi Efektif dengan Bakteri dari Rumput Laut
![]() |
Pak Konti, Petani rumput laut di desa kutuh |
Pandwa Beach, Menyikat gigi dengan pasta gigi memang sudah lazim dan terbukti efektif.
Sayangnya, walaupun efektif, masih banyak wilayah di antara gigi yang tidak dapat dijangkau dengan hanya menyikat gigi.
Area di antara gigi ini merupakan tempat bakteri di dalam plak dapat menggerus enamel dan menyebabkan gigi berlubang.
Menurut para ilmuwan, bakteri Bacillus licheniformis yang ditemukan di dalam rumput laut dapat menjadi senjata yang ampuh untuk melawan kerusakan gigi.
Awalnya,
para ilmuwan ini sedang melakukan penelitian untuk membersihkan lambung
kapal, tetapi ternyata ada lebih banyak lagi penggunaan bakteri ini
yang langsung berhubungan dengan kesehatan manusia.
Bakteri yang
mampu membuat lambung kapal tetap bersih ternyata memiliki potensi yang
lebih besar. Ilmuwan dari Newcastle University mengatakan, enzim
tersebut dapat menembus plak pada gigi dan membersihkan area yang sulit
dibersihkan.
Tim dari Newcastle University ini yakin bahwa enzim
ini sangat potensial dan akan terdapat banyak contoh penggunakan enzim
ini di bidang medis. Salah satunya untuk kebersihan gigi.
Mereka kemudian menggunakan enzim yang diisolasi dari bakteri laut Bacillus licheniformis.
Dr
Nicholas Jakubovics dari Sekolah Ilmu Gigi Newcastle University
mengatakan, "Plak yang menempel di gigi adalah hasil dari bakteri yang
bergabung dan berkumpul di area tertentu. Mereka akan menyingkirkan
kompetitor potensial lainnya."
Hasil uji coba di laboratorium
menunjukkan, enzim ini dapat menembus plak atau lapisan bakteri. Enzim
ini juga mampu menembus mekanisme pertahanan dari plak yang ada pada
gigi.
Para ilmuwan ingin memasukkan potensi bakteri ini di dalam
pasta gigi, obat kumur, atau pembersih mulut lainnya. Selain dapat
membersihkan plak, enzim ini juga dapat mencegah pembentukan plak.
Sumber: kompas.com
Sumber: kompas.com
Label:
Budidaya
07.41
Pembudidaya Rumput Laut
Petani rumput laut desa kutuh, bali |
Pantai Pandawa, Hujan rintik-rintik tidak menyurutkan niat
para pemungut rumput laut untuk terus menyusuri pantai di Desa Kutuh
Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung Bali itu. Setiap harinya satu
orang pemungut bisa dapat puluhan kg rumput laut basah yang merupakan
potongan atau serpihan sisa dari budidaya rumput laut jenis Cotonii yang ada di daerah pesisir tersebut. Setelah dikeringkan, hasilnya dijual kepada para penampung rumput laut.
Itu
baru hasil sampingan yang diperoleh, sementara hasil utama dari
budidaya rumput laut lebih menggiurkan. Menurut Ketua Kelompok Sari
Segara, I ketut Lencana Yasa, satu Kepala Keluarga (KK) pembudidaya di
Desa Kutuh itu rata-rata mengelola sekitar 100 m2 lahan budidaya rumput
laut atau punya 2.000 tali ris dengan sistem budidaya ikat dasar.
Dalam
satu siklus produksi (minimal 45 hari), setiap KK bisa menghasilkan
tidak kurang dari 500 kg rumput laut kering siap jual. “Total luas lahan
bubidaya rumput laut sekitar 40 hektar di desa kami, bisa dibayangkan
produksi rumput laut setiap hari,” ungkap Ketut kepada TROBOS belum lama
ini di Bali.
Kekuatan Berkelompok
Desa Kutuh merupakan salah satu sentra budidaya rumput laut di Pulau Dewata. Setidaknya ada 5 kelompok pembudidaya rumput laut di sana, yang paling lama terbentuk adalah Sari Segara. Sari Seraga menjadi contoh bagi terbentuknya kelompok pembudidaya rumput laut lainnya di Desa Kutuh. Menurut Ketut, para sudah merasakan dampak positif dari berkelompok terutama dari sisi pemasaran. “Produksi dari desa ini dapat meningkat dan posisi tawar lebih kuat,” ungkap Ketut.
Pembentukan kelompok budidaya ini bukannya tanpa latar belakang. Ketut menceritakan, sejak 1990-an budidaya rumput laut di Desa Kutuh sudah mengmbangkan usaha budidaya rumput laut. Kala itu usaha dijalankan secara perorangan dan penjualan pun bergantung para penampung atau tengkulak.
Para pembudidaya kerap merasakan harga jual rumput laut yang rendah, bahkan panen ada sampai yang tidak dibeli. “Mereka tidak bisa berbuat apa-apa sebab produksinya kecil dan hanya tergantung pada satu penjual,” kata Ketut. Melihat keadaan itu para pembudidaya pun berkumpul dan sepakat untuk menginisiasi pembentukan Kelompok Sari Segara pada pada 12 Oktober 1995.
Ketut menjelaskan sejumlah manfaat yang dapat dipetik para pembudidaya rumput laut dengan berkelompok. Salah satunya adalah produksi kelompok yang punya anggota aktif sekitar 30 orang ini kini lebih besar dan terorganisir. Calon pembeli terutama dari pabrikan tidak perlu repot-repot mendatangi langsung pembudidaya orang per orang untuk membeli rumput laut, cukup datang ke Sari Segara yang menampung hasil panen para pembudidaya.
Pada akhirnya harga jual pun dapat dikatrol. Saat ini untuk harga jual rumput laut Cotonii kering di tingkat rata-rata Rp 10.000 per kg. Jumlah produksi yang besar dan stabil, membuat posisi tawar Sari Segara dalam menjual rumput laut lebih kuat. Kelompok yang sekarang sudah berbentuk koperasi itu, bisa punya pilihan akses pembeli baik perorangan maupun perusahaan.
Ketut mengaku sudah memanfaatkan internet untuk memperluas akses pemasaran. Pihaknya juga bisa mengakses informasi jaringan kelompok pembudidaya rumput laut di daerah lain untuk membandingkan harga, termasuk produksi dan kualitas rumput laut. “Kita tidak bisa dibohongi dan dipermainkan lagi oleh pembeli,” tegas Ketut.
Desa Kutuh merupakan salah satu sentra budidaya rumput laut di Pulau Dewata. Setidaknya ada 5 kelompok pembudidaya rumput laut di sana, yang paling lama terbentuk adalah Sari Segara. Sari Seraga menjadi contoh bagi terbentuknya kelompok pembudidaya rumput laut lainnya di Desa Kutuh. Menurut Ketut, para sudah merasakan dampak positif dari berkelompok terutama dari sisi pemasaran. “Produksi dari desa ini dapat meningkat dan posisi tawar lebih kuat,” ungkap Ketut.
Pembentukan kelompok budidaya ini bukannya tanpa latar belakang. Ketut menceritakan, sejak 1990-an budidaya rumput laut di Desa Kutuh sudah mengmbangkan usaha budidaya rumput laut. Kala itu usaha dijalankan secara perorangan dan penjualan pun bergantung para penampung atau tengkulak.
Para pembudidaya kerap merasakan harga jual rumput laut yang rendah, bahkan panen ada sampai yang tidak dibeli. “Mereka tidak bisa berbuat apa-apa sebab produksinya kecil dan hanya tergantung pada satu penjual,” kata Ketut. Melihat keadaan itu para pembudidaya pun berkumpul dan sepakat untuk menginisiasi pembentukan Kelompok Sari Segara pada pada 12 Oktober 1995.
Ketut menjelaskan sejumlah manfaat yang dapat dipetik para pembudidaya rumput laut dengan berkelompok. Salah satunya adalah produksi kelompok yang punya anggota aktif sekitar 30 orang ini kini lebih besar dan terorganisir. Calon pembeli terutama dari pabrikan tidak perlu repot-repot mendatangi langsung pembudidaya orang per orang untuk membeli rumput laut, cukup datang ke Sari Segara yang menampung hasil panen para pembudidaya.
Pada akhirnya harga jual pun dapat dikatrol. Saat ini untuk harga jual rumput laut Cotonii kering di tingkat rata-rata Rp 10.000 per kg. Jumlah produksi yang besar dan stabil, membuat posisi tawar Sari Segara dalam menjual rumput laut lebih kuat. Kelompok yang sekarang sudah berbentuk koperasi itu, bisa punya pilihan akses pembeli baik perorangan maupun perusahaan.
Ketut mengaku sudah memanfaatkan internet untuk memperluas akses pemasaran. Pihaknya juga bisa mengakses informasi jaringan kelompok pembudidaya rumput laut di daerah lain untuk membandingkan harga, termasuk produksi dan kualitas rumput laut. “Kita tidak bisa dibohongi dan dipermainkan lagi oleh pembeli,” tegas Ketut.
Sumber: http://www.trobos.com
Label:
Budidaya
07.36
Rumput Laut Desa Kutuh
![]() |
Petani rumput laut di desa kutuh |
Rumput Laut, Merupakan salah
satu komoditas unggulan program industrialisasi perikanan budidaya.
Pada tanggal 29 Desember 2012, bertempat di Pantai Pandawa, Desa Kutuh,
Kec. Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Propinsi Bali, Menteri Kelautan dan
Perikanan (MKP) Sharif C. Sutardjo, didampingi oleh Direktur Jenderal
Perikanan Budidaya (Dirjen PB) Slamet Soebjakto melakukan dialog dengan
pembudidaya rumput laut.
Selain dialog dengan
pembudidaya rumput laut, MKP juga menyaksikan penandatanganan
Kesepakatan Bersama antara Asosiasi Rumput Lut Indonesia (ARLI) dengan
pembudidaya rumput laut Desa Kutuh yang menyangkut pemasaran hasil
budidaya rumput laut. MKP dam Dirjen PB juga melakukan panen rumput laut
di tepi pantai Pandawa.
Pada sambutannya, MKP menyatakan bahwa rumput
laut ini memiliki potensi yang begitu besar untuk terus dikembangkan
sehingga perlu mengembangkan usaha budidaya rumput laut secara
terintegrasi mulai dari hulu sampai hilir.
MKP juga menjelaskan, bahwa Industrialisasi rumput laut
dilaksanakan dalam rangka meningkatkan produktivitas dan kualitas
produksi budidaya rumput laut yang sekaligus bertujuan untuk dapat
memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan, meningkatkan
pendapatan pembudidaya, menyediakan lapangan kerja serta merevitalisasi
usaha budidaya rumput laut baik skala mikro, kecil maupun menengah
secara berkelanjutan.
Lebih lanjut MKP menegaskan, pengembangan usaha budidaya rumput laut yang merujuk pada pilar-pilar pengembangan blue economy berperan penting dalam melipatgandakan pendapatan dengan penyerapan tenaga kerja yang tinggi dan tidak merusak lingkungan
Blue Economy merupakan
model ekonomi baru untuk mendorong pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan dengan kerangka pikir seperti cara kerja ekosistem. Cara
pandang ekonomi tersebut merupakan suatu model bisnis yang mampu
meningkatkan nilai tambah dari komoditas rumput laut. Langkah ini
ditempuh untuk meningkatkan penerimaan negara dan masyarakat sekitar
lokasi budidaya rumput laut melalui upaya peningkatan nilai tambah
komoditi rumput laut.
Pada kesempatan yang sama, MKP juga meresmikan pantai Pandawa sebagai
tujuan wisata bahari baru. Sebelum sampai di pantai pandawa, mata
pengunjung akan dimanjakan dengan deretan patung-patung Pandawa Lima,
yang berdiri gagah dipinggiran tebing. MKP mengharapkan agar pemerintah
daerah dalam hal ini pemerintah desa Kutuh, mampu melakukan tata ruang
di pantai Pandawa sebaik mungkin, sehingga tidak terjadi tumpang tindih
antara kepentingan wisata dan budidaya rumput laut. Dengan kata lain,
wisata di pantai Pandawa harus berkembang, tanpa menggusur eksistensi
pembudidaya rumput laut disana.
Sumber: http://www.djpb.kkp.go.id
Label:
Petani
07.26
Rumput Laut Kutuh
![]() |
Rumput Laut Desa Kutuh, Badung Bali |
Mangupura (Bisnis Bali) – Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, untuk
tahun ini sebagai duta Kabupaten Badung dalam lomba desa/kelurahan
tingkat Propinsi Bali tahun 2011. Penilaian oleh Tim Propinsi
dilaksanakan pada Rabu (25/5) kemarin, di Balai Br. Kaja Jati, Desa
Kutuh.
Tim disambut Sekkab Badung Kompyang R. Swandika, anggota DPRD Badung I Ketut Suda Arsa, Ketua TP PKK Badung Ny. Ratna Gde Agung, Ketua WHDI Badung Ny . Ayu Sudikerta serta masyarakat Desa Kutuh. Sebelum melakukan penilaian, Tim Propinsi dapat menyaksikan pameran potensi Desa Kutuh mulai dari hasil pertanian lahan kering hingga hasil pertanian rumput laut sebagai andalan Desa Kutuh.
Perbekel Desa Kutuh I Nyoman Mesir mengatakan, potensi andalan di Desa Kutuh adalah budi daya rumput laut yang telah menjadi komoditi ekspor dan menjadi rumput laut yang terbaik di Indonesia. Dari 798 KK penduduk Desa Kutuh, 415 KK merupakan petani rumput laut yang terbagi menjadi 5 kelompok petani rumput laut dan dua kelompok wanita tani rumput laut. Lanjut Mesir, mengenai hasil produksi rumput laut dua tahun terakhir mengalami peningkatan. Tahun 2009 misalnya, hasil produksi basah rumput laut mencapai 12,6 juta kg dengan nilai Rp 14,8 milyar lebih, sedangkan 2010 mengalami peningkatan menjadi 14,3 kg dengan nilai Rp 15,9 milyar lebih.
Dua kelompok rumput laut Desa Kutuh yakni Kelompok Segara Amerta dan Kelompok Sari Segara berhasil menjadi yang terbaik di tingkat nasional kategori pembudi daya rumput laut tahun 2009 dan 2010. “Pada awal tahun 2011 ini Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad telah mencanangkan Kutuh sebagai kawasan Minapolitan rumput laut,” tambahnya. Dengan semangat dan kerja keras masyarakat Kutuh, kini tingkat kesejahteraan masyarakat Kutuh sudah baik dan tidak ada lagi rumah tangga miskin di Desa Kutuh alias 0 %.
Di sisi lain, Sekkab Badung Kompyang R. Swandika menyampaikan, lomba desa ini merupakan salah satu indikator untuk mengukur sejauh mana tingkat pembangunan di desa. Melalui lomba ini pihak desa dapat memetik manfaatnya guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta dapat dijadikan contoh pembangunan di masa mendatang.
Selain itu lomba desa sebagai upaya mendorong tekad masyarakat untuk selalu berinovasi menggali potensi desa sekaligus sebagai evaluasi keberhasilan pembangunan di desa baik itu bidang pendidikan, ekonomi, sosial budaya serta pemberdayaan masyarakat. “Kami yakin Desa Kutuh sebagai duta Kabupaten Badung mampu menjadi yang terbaik di Propinsi Bali bahkan di tingkat nasional,” katanya.
Kepala BPMD Propinsi Bali I Putu Astawa selaku Ketua Tim penilai merasa salut dan terharu atas semangat krama Desa Kutuh dalam mengikuti lomba desa ini. Diharapkan, lomba ini bukan sekadar untuk meraih juara, tapi mendorong komitmen desa untuk mampu memberantas kebodohan dan mengentaskan kemiskinan. Ia juga mengharapkan masyarakat mampu meningkatkan kebersamaan sehingga dapat terwujudnya nilai luhur yakni Tri Hita Karana di masyarakat.
Tim disambut Sekkab Badung Kompyang R. Swandika, anggota DPRD Badung I Ketut Suda Arsa, Ketua TP PKK Badung Ny. Ratna Gde Agung, Ketua WHDI Badung Ny . Ayu Sudikerta serta masyarakat Desa Kutuh. Sebelum melakukan penilaian, Tim Propinsi dapat menyaksikan pameran potensi Desa Kutuh mulai dari hasil pertanian lahan kering hingga hasil pertanian rumput laut sebagai andalan Desa Kutuh.
Perbekel Desa Kutuh I Nyoman Mesir mengatakan, potensi andalan di Desa Kutuh adalah budi daya rumput laut yang telah menjadi komoditi ekspor dan menjadi rumput laut yang terbaik di Indonesia. Dari 798 KK penduduk Desa Kutuh, 415 KK merupakan petani rumput laut yang terbagi menjadi 5 kelompok petani rumput laut dan dua kelompok wanita tani rumput laut. Lanjut Mesir, mengenai hasil produksi rumput laut dua tahun terakhir mengalami peningkatan. Tahun 2009 misalnya, hasil produksi basah rumput laut mencapai 12,6 juta kg dengan nilai Rp 14,8 milyar lebih, sedangkan 2010 mengalami peningkatan menjadi 14,3 kg dengan nilai Rp 15,9 milyar lebih.
Dua kelompok rumput laut Desa Kutuh yakni Kelompok Segara Amerta dan Kelompok Sari Segara berhasil menjadi yang terbaik di tingkat nasional kategori pembudi daya rumput laut tahun 2009 dan 2010. “Pada awal tahun 2011 ini Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad telah mencanangkan Kutuh sebagai kawasan Minapolitan rumput laut,” tambahnya. Dengan semangat dan kerja keras masyarakat Kutuh, kini tingkat kesejahteraan masyarakat Kutuh sudah baik dan tidak ada lagi rumah tangga miskin di Desa Kutuh alias 0 %.
Di sisi lain, Sekkab Badung Kompyang R. Swandika menyampaikan, lomba desa ini merupakan salah satu indikator untuk mengukur sejauh mana tingkat pembangunan di desa. Melalui lomba ini pihak desa dapat memetik manfaatnya guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta dapat dijadikan contoh pembangunan di masa mendatang.
Selain itu lomba desa sebagai upaya mendorong tekad masyarakat untuk selalu berinovasi menggali potensi desa sekaligus sebagai evaluasi keberhasilan pembangunan di desa baik itu bidang pendidikan, ekonomi, sosial budaya serta pemberdayaan masyarakat. “Kami yakin Desa Kutuh sebagai duta Kabupaten Badung mampu menjadi yang terbaik di Propinsi Bali bahkan di tingkat nasional,” katanya.
Kepala BPMD Propinsi Bali I Putu Astawa selaku Ketua Tim penilai merasa salut dan terharu atas semangat krama Desa Kutuh dalam mengikuti lomba desa ini. Diharapkan, lomba ini bukan sekadar untuk meraih juara, tapi mendorong komitmen desa untuk mampu memberantas kebodohan dan mengentaskan kemiskinan. Ia juga mengharapkan masyarakat mampu meningkatkan kebersamaan sehingga dapat terwujudnya nilai luhur yakni Tri Hita Karana di masyarakat.
Sumber: http://perikananbadung.blogspot.com
Label:
Rumput Laut
07.21
Hal yang bisa dilakukan di pantai ini adalah bersantai. Kita bisa menyewa tenda untuk bobo siang ceria seharga Rp.50.000 sepuasnya sambil menikmati suasana pantai yang sepi dan tenang. Jangan lupa mencicipi es kelapa muda, harga masih murah Rp.10.000 per-kelapa. Bosen bobo siang, bisa berenang juga di pantai. Kebetulan ombak di pantai ini pecah di tengah, jadi masih aman untuk berenang. Karena ombaknya pecah ditengah juga pantai ini jadi bisa dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk budidaya rumput laut. Selain itu menurut info dari tukang tenda, di pantai ini kita bisa menikmati sunrise karena pantainya menghadap ke arah timur.
Pantai Pandawa
Pandawa Beach |
Bali identik dengan pantai yang menawan. Beberapa diantaranya mungkin
sudah sering menjadi buah bibir seperti pantai Kuta, Sanur, Dreamland
atau Padang Panjang. Selain pantai, Bali juga memiliki wisata seni yang
menarik. Dari museum sampai galeri-galeri yang akan membuat mata kembali
segar. Namun disaat semua destinasi wisata penuh sesak dan kemacetan
Bali yang sudah hampir menyamai Jakarta, kemana kita akan pergi?
Salah satu pilihan berwisata di Bali bisa menggunakan motor. Dengan
harga yang relative murah, kami bisa menghemat waktu dan menghindari
kemacetan. Namun jalanan di Bali mirip di Bandung, banyak jalan satu
arah. Jadi siap-siaplah untuk membuka GPS dan sering bertanya kepada
warga. Karena hanya memiliki satu hari saja untuk explore akhirnya kami
memilih untuk datang ke pantai diselatan Bali yang katanya belum terlalu ramai dikunjungi. Tujuan kami : Pantai Pandawa.
Berikut akses menuju Pantai Pandawa yang saya dapat dari paman Google :
Dari Denpasar : Arahkan kendaraan menuju Uluwatu. Sampai
ketemu perempatan yang di kanan jalan ada supermarket Nirmala anda bisa
belok kiri ke arah Nusa Dua. Kurang lebih 2 KM ada pertigaan,
belok kiri lagi ke arah Nusa Dua. Kurang lebih 1 KM pas jalan tanjakan
ada papan penunjuk jalan Pantai Pandawa belok kanan dan ikutin
jalan itu sampai ketemu jalan beraspal mulus di kanan kiri ada tebing
yang dikeruk. Anda akan dikenakan restribusi masuk sebesar Rp. 2000,-
untuk sepeda motor. Ikuti jalan itu hingga ketemu tebing yang ada patung
pandawa terus hingga ketemu jalan menurun menuju Pantai Pandawa.Pertama,jika anda dari Kuta/Denpasar ambil arah jalan
Uluwatu,kira’ 1Km dari Gwk anda ketemu perempatan Minimarket
Nirmala,ambil arah kiri arah Nusa Dua/Bali Cliff,dan ikuti arah jalan ke
Bali Cliff. kira’ 2 km perjalanan,ada pertigaan dengan penunjuk arah ke
Pantai Pandawa di kiri jalan,belok kiri ikuti jalan tersebut hingga
tiba di perempatan (ada signboardnya gede), kemudian belok kanan dan
ikuti jalan tersebut sampai habis hingga tiba di Pantai Pandawa kira’
dgn jarak tempuh 4km.
Hal yang bisa dilakukan di pantai ini adalah bersantai. Kita bisa menyewa tenda untuk bobo siang ceria seharga Rp.50.000 sepuasnya sambil menikmati suasana pantai yang sepi dan tenang. Jangan lupa mencicipi es kelapa muda, harga masih murah Rp.10.000 per-kelapa. Bosen bobo siang, bisa berenang juga di pantai. Kebetulan ombak di pantai ini pecah di tengah, jadi masih aman untuk berenang. Karena ombaknya pecah ditengah juga pantai ini jadi bisa dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk budidaya rumput laut. Selain itu menurut info dari tukang tenda, di pantai ini kita bisa menikmati sunrise karena pantainya menghadap ke arah timur.
Lalu kenapa pantai ini disebut pantai Pandawa? Dari hasil googling, sebelumnya pantai ini di sebut secret beach. Lokasi
yang memang sulit dijangkau karena terletak dibawah tebing kapur
membuat pemerintah yang melihat potensi keindahan pantai ini akhirnya
membuat akses jalan yang membelah tebing kapur . Di sisinya kemudian
diletakkan lima patung Panca Pandawa. Maka disebutlah pantai ini pantai
Pandawa.
Pulang dari pantai pandawa jangan lupa mampir di pantai Green Bowl.
Lokasinya searah dengan pantai pandawa, tepat di bawah Hotel Bali Cliff.
Namun ke Green Bowl harus siapkan sedikit fisik ektra untuk menuruni
anak tangga. Juga hati-hati dengan monyet di parkiran motor yang suka
iseng mengambil barang kita.
Sumber : http://andriyantoandri.wordpress.com
Label:
Panorama
07.09
PANDAWA BEACH FESTIVAL
Desa Kutuh - Badung]
Pantai Pandawa yang terletak di Desa Kutuh Kec. Kuta Selatan Kab. Badung
merupakan sebuah inspirasi yang terlahir dari kreatifitas pemikiran
yang maha besar yang perlu kita kembangkan dan toladanai,” papar Bupati
Badung A.A. Gde Agung, SH saat menerima Panitia Grand Opening dan
Pandawa Beach Festival Desa Kutuh, Rabu (27/12) bertempat di Pusat
Pemerintahan Kab. Badung Mangupraja Mandala. Hadir
Label:
Panorama
Label 1
Panorama Pandawa Beach Kutuh Bali
Tebing-tebing kapur di Pantai Pandawa Pandawa Beach, Bagi Anda yang ... Read more
- Pantai Pandawa, Bagai Arjuna di Bali Selatan
- Rumput Laut Desa Kutuh
- Pandawa, Pantai Eksotis di Bali